Senin, 24 Januari 2011

Mengenal James Coleman



A.    Latar Belakang Kehidupan James Coleman
Colomen mempunyai bermacam karier hebat dalam sosiologi; julukan ”teoritis“ hanya salah satu dari beberapa julukan yang diterimanya. Dia menerima Ph.D dari Universitas Colombia tahun 1955, dan setahuh kemudian ia memulai karier akademisnya sebagai asisten Profesor di Universitas Chicago (tahun 1973, ia kembali ke universitas ini setelah 14 tahun dan melanjutkan karirnya di Chicago hingga akhir hayatnya). Di tahun yang sama ia mulai mengajar di Chicago, Coleman menjadi penulis Junior (bersama S.M Lipset dan Martin A Trow) salah satu studi menonjol dalam sejarah sosiologi industri ,berjudul Union Democracy (disertasi Coleman di Colombia yang di bimbing oleh Lipset, menganalisis beberapa masalah yang dibahas dalam Union Democracy). Coleman kemudian mengalihkan perhatiannya kepada studi tentang pemuda dan pendidikan. Hasilnya puncaknya berupa laporan pemerintah federal (yang secara luas di kenal “Coleman Report”) yang membantu melahirkan kebijakan yang sangat kontroversial mengenai pengakuan anak sekolah dengan bus sebagai metode untuk mencapai persamaan hak menurut ras di sekolah Amerika. Melalui karya inilah Coleman mendapat pengalaman praktis yang lebih besar dari pada yang di dapat sosiologi Amerika lainnya. Selanjutnya ia mengalihkan perhatiannya dari kehidupan praktis ke suasana murni sosiologi matematika (terutama Introduction to Mathematical Sociology [1964] dan The Mathematics of Collective Actions [1973]). Di tahun–tahun kemudian Coleman beralih ke teori sosiologi terutama teori pilihan rasional dengan diterbitkannya buku Foundations of Social Theory (1990) dan tahun 1989 mendirikan Jurnal Rationality And Society. Kumpulan karya yang diterbitkan dalam jurnal ini mencerminkan keanakaragaman yang hampir tak dapat di percaya dan itu belum termasuk dalam bahasa ringkas 28 buku dan 31 artikel yang tercatat di ringkasan Coleman.
Coleman menerima gelar Bachelor of Science dari Universitas Purdue tahun 1949 dan bekerja sebagai ahli kimia untuk Eastman Kodak sebelum masuk ke Departemen sosiologi Universitas Colombia tahun 1951. Coleman sangat dipengaruhi oleh Robert K. Merton terutama kuliahnya tentang Durkheim dan faktor sosial sebagai penentu perilaku individu. Ia pun mendapat pengaruh dari pakar metodologi Paul Lazars Feal. Minatnya terhadap metode kuatitatif dan sosiologi matematis berasal dari Lazars feal. Seymour Martin Lipset adalah orang ke tiga yang sangat mempengaruhi Coleman . Coleman di ajak Lipset menjadi anggota tim junior rise Lipse, dengan demikian akhirnya berpartisipasi menyusun laporan yang berjudul Union Democracy. Demikianlah, pendidikan S1 sudah memberi Coleman penguasaan metode yang kuat, metode dengan hubungan antara keduanya dalam riset empiris inilah model yang di cita-citakan semua sosiologi.
Berdasarkan pengalaman itu Coleman melukiskan visinya mengenai studi sosiologi ketika ia menamatkan S1 dan memulai karir profesionalnya:
Sosiologi harus menjadi sistem sosial (yang kecil atau yang besar) sebagai unit analisis ketimbang individu, namun harus menggunakan metode kuantitatif, meninggalkan teknik-teknik yang sistematis yang membuka peluang keterlibatan kecenderungan peneliti dan menutup peluang untuk melakukan penelitian ulang dan terbatas kemampuannya untuk menjelaskan.
Pendekatan Coleman telah berubah, tetapi tidak sebanyak yang di perkirakannya. Contoh, mengenai karya tentang permainan simulasi sosial di Johns Hopkins di tahun 1960-an, ia mengatakan, “karya itu menyebabkan orientasi teoritis dari sifat yang tak hanya menentukan tindakan (seperti hasil studi Durkheim tentang bunuh diri) ke pandangan bahwa sistem juga adalah akibat dari tindakan yang kadang–kadang di harapkan, kadang – kadang tak di harapkan”. Dengan demikian Coleman memerlukan teori tindakan dan ia memilih yang lazim di terima kebanyakan pakar ilmu ekonomi.
Tugas sosiologi yang terberat adalah membangun sebuah teori yang mengalihkan perhatiannya dari tindakan tingkat mikro ke norma, nilai sosial, distribusi status dan konflik sosial tingkat makro. Perhatian ini yang menjelaskan mengapa Coleman mengambil landasan teorinya dari ilmu ekonomi.
Yang membedakan ilmu ekonomi dengan ilmu sosial lain bukanlah penggunaan pilihan rasionalnya tetapi penggunaan sebagai model analisis yang memungkinkan bergerak antara tingkat tindakan individu dan tingkat fungsi sistem. Dengan menggunakan dua asumsi, bahwa tindakan individu rasional dan pasar adalah “sempurna” dengan komunikasi penuh, analisis ekonomi mampu menghubungkan fungsi sistem tingkat makro dengan tindakan individu di tingkat mikro.
Aspek lain visi Coleman mengenai sosiologi adalah bahwa sosiologi harus dapat di gunakan untuk merumuskan kebijakan sosial, terutama teori ini mengatakan, “salah satu kriteria untuk menilai karya dalam teori sosial adalah kegunaan potensial untuk memberitahukan kebijakan sosial”. Tidak banyak sosiolog yang tak sepakat dengan tujuan Coleman menghubungkan teori, metode, kebijakan sosial, makin banyak juga yang tak sepakat dengan cara yang dipilih Coleman dalam menghubung-hubungkan. Apakah mereka setuju atau tidak dengan tujuan utama Coleman itu, sosiolog di masa datang akan di tantang oleh kebutuhan untuk bekerja lebih baik dalam menghubungkan ketiga aspek kunci praktik sosiologi ini, dan sebagian mereka akan menemukan sebuah model yang berguna dalam karya Coleman, Coleman meninggal 25 Maret 1995.

B.     Modal Sosial
Coleman memandang modal sosial (social capital) dari sudut pandang struktur sosial yang memiliki berbagai tindakan dan aturan yang dapat dimanfaatkan secara bersama seperti; kewajiban dan harapan, saluran informasi, ketaatan terhadap sanksi dan norma-norma. Lebih lanjut Coleman melihat modal sosial dari sisi fungsinya. Dia menunjukkan bahwa struktur sosial dalam bentuk jaringan yang sifatnya lebih ketat dan relatif tertutup cenderung lebih efektif daripada yang terbuka. Jaringan komunitas yang dikembangkan kelompok perantau lazimnya dibuat eksklusif, yang keanggotaannya didasari relasi kekerabatan dan kesamaan daerah, bahasa, etnis, dan agama, dan mungkin karena ketertutupan itulah mereka bisa survive dan bisa menguasai jaringan perdagangan  komoditas dan ketrampilan tertentu di daerah perantauan.[1]
Meski Coleman lebih tegas mengusung modal  sosial, tetapi dia tidak memberikan pengertian modal sosial secara tegas. Demikian Coleman menulis:[2] 
“Modal sosial ditetapkan oleh fungsinya. Modal sosial bukan merupakan sebuah entitas (entity) tunggal tetapi berbagai macam  entitas yang berbeda, dengan dua elemen bersama: terdiri dari beberapa aspek struktur sosial, dan memfasilitasi tindakan pelaku-pelaku tertentu dalam struktur itu. Sebagaimana bentuk modal ain, modal sosial adalah produktif, membuat mungkin pencapaian tujuan tertentu yang di dalam ketiadaannya akan tidak mungkin. Sebagaimana modal fisik dan modal manusia, modal sosial sama sekali tidak  fungible tetapi mungkin  specific untuk aktivitas tertentu. Tidak seperti bentuk modal lain, modal sosial melekat dalam struktur hubungan antara para pelaku dan diantara para pelaku”

Dengan definisi yang agak kabur ini, Coleman (1998) kemudian menetapkan kumpulan tindakan, hasil dan hubungan yang berbeda sebagai modal sosial. Modal sosial baginya adalah  inherently functional, dan modal sosial adalah apa saja yang memungkinkan orang atau institusi bertindak. Modal sosial, karena itu, bukan merupakan sebuah mekanisme, sesuatu, atau sebuah hasil, tetapi merupakan beberapa atau semua dari mereka (mekanisme, sesuatu dan hasil) secara simultan.

C.    Sistem Sosial sebagai Sistem Komplek
Sistem social terdiri atas individu-individu yang menyusun system social tersebut. Tiap-tiap individu tentu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Masing-masing menusia memiliki keinginannya sendiri, sifat-sifat sendiri, dan memiliki cita-cita sendiri. Jika kita mencoba berandai-andai bahwa kita bias mengetahui semua sifat dan hal-hal inheren dalam diri tiap manusia yang menyusun sebuah masyarakat apakah kita akan bisa menebak seperti apa kira-kira sifat masyarakat tersebut? Inilah sebabnya system social harus dianggap sebagai system kompleks, karena terdapat hubungan mikro-makro dalam level-level hirarkis masyarakat tersebut.
Hal ini pula yang mendasari kategoresasi dalam teori social. Ada yang bersifat makro atau kolektivisme dan ada yang bersifat mikro individualisme. Hal ini wajar karena memang kita sering merasa bahwa suatu teori social terasa terlalu individualistic ontologis atau individualistic metodologis sementara ada yang terasa terlalu makro atau bersifat kolektif yang mengobservasi dal terminology struktur masyarakat dan dalam system social itu sendiri jarang untuk berbicara dalam level mikro atau individual. Asumsi seperti ini sering kita temui dalam bahasan para interaksionisme simbolik, bahwa karakter social yang diamatai oleh seseorang ilmuwan social pada dasarnya adalah hal-hal makro yang membrojol dari interaksi yang terjadi di antara individu-individu penyusun masyarakat tersebut.
Dengan dipengaruhi oleh Max Weber melalui pendekatan Protestan Ethicnya yang mencoba untuk mendiagramkan system multitingkat proposisi. Yaitu dengan mencoba menghubungakan adanya relasi antara doctrin religious protestan dengan tingkah laku individual yang menghasilakn semangat kapitalisme pada tingkat makro kembali.[3]


 






Gambar di atas menunjukkan suatu cara untuk mendiagramkan system multitingkat proposisi. Panah yang menaik ke atas menunjukkan proposisi tingkat makro.tiga panah yang terhubungkan yang mana panah pertama berawal pada titik yang sama dengan proposisi tingkat makro dan menurun ke tingkat yang lebih rendah dan yang ketiga kembali ke atas ketitik akhir dari proposisi tingkat makro, menggambarkan tiga proposisi yang saling terkait.
Dalam rangkaian proposisi ini, yang ketiga adalah yang paling mearik karena ia bergerak kembali ke atas dari tingkat individual menuju tingkat social. Variable bebas mencirikan seorang individu dan variable terikat mencirikan sebuah unit social, dalam hal ini masyarakat. Jelaslah bahwa, sebuah proposisi jenis ini, kecuali bila ia merupakan salah satu dari proposisi historis yang mengatributkan perubahan-perubahan social besar kepada para pemimpin individual tertentu, tidak menunjukkan bahwa suatu atribut individual cukup efektif dalam membawakan perubahan social. Justru, yang diajukan adalah beberapa jenis pengaruh kombinasi atau gabungan atau agregat perilaku ekonomi dari banyak individu dalam mewujudkan pembangunan kapitalistik

Ekstremisme Mikro dan Makro Salah satu pembagian utama dalam teori Sosiologi Amerika abad ke-20 telah menimbulkan konflik antara teori mikroskopik ekstrem dan makroskopik ekstrem dan antarteoritisinya. Pembagian secara ekstrem dan penafsiran atas kedua jenis teori itu cenderung meningkatkan citra tentang besarnya perbedaan antara teori mikro dan makro dan lebih umum lagi meningkatkan citra konflik dan kekacauan dalam teori sosiologi. Di sisi ekstrem makro adalah fungsional struktural, teori konflik, dan beberapa jenis teori neo-Marxian (terutama determinisme ekonomi dan Marxisme struktural). Di sisi ekstrem mikro adalah interaksionisme simbolik, etnometodologi, teori pertukaran, dan teori pertukaran rasional.
Di tahun 1980-an baru terdapat perkembangan karya tentang hubungan mikro-makro. Beberapa teoritisi memusatkan perhatian untuk mengintegrasikan teori mikro-makro, sedangkan teorisi lain memusatkan perhatian untuk membangun sebuah teori yang membahas hubungan antara tingkat mikro dan makro dari analisis sosial. Eisenstadt dan Helle menyimpulkan bahwa konfrontasi antara teori-teori mikro dan makro sudah berlalu, sedangkan Munch dan Smelser sampai pada kesimpulan serupa mengenai perlunya memilih antara penekanan perhatian pada tingkat mikro dan makro. Ada perbedaan penting anatara upaya untuk mengintegrasikan teori makro (misalnya, fungsionalisme struktural) dan teori mikro (misalnya, interaksionisme simbolik) dan upaya untuk membangun sebuah teori yang dapat menjelaskan hubungan antara analisis sosial tingkat mikro dan analisis sosial tingkat makro.
Menurut Gurvitch, kehidupan sosial dapat dikaji dari segi lima level horizontal atau level mikro-makro: bentuk-bentuk sosialitas, pengelompokan, kelas sosial, struktur sosial, dan struktur global. Untuk melengkapi hirarki ini, Gurvitch juga menawarkan sepuluh level vertikal atau dalam dimulai dengan fenomena sosial yang paling objektif (misalnya, faktor ekologis, organisasi) dan diakhiri dengan fenomena sosial yang paling subyektif (misalnya, ide dan nilai kolektif, pikiran kolektif. Gurvitch memotongkan dimensi vertikal dan horizontal untuk mendapatkan banyak level analisis sosial.
Karya Ritzer tentang integrasi paradigma sosiologi sebagian dimotivasi oleh kebutuhan untuk membangun sebuah model analisis yang lebih sederhana berdasarkan pemikiran Gurvitch itu. Dimulai dengan kontinum mikro-makro (tingkat horizontal model Gurvitch) bergerak dari pemikiran dan tindakan individual ke sistem dunia. Terhadap kontinum mikro-makro ini ditambahkan kontinum objektif-subjektif (tingkat vertikal model Gurvitch) yang bergerak dari fenomena material, seperti tindakan individual, dan struktur birokrasi ke fenomena nonmaterial, seperti kesadaran, norma, dan nilai. Seperti Gurvitch, Ritzer menyilangkan dua kontinum ini, namun hasilnya dalam hal ini adalah empat tingkat analisis sosial yang jauh lebih mudah dikelola ketimbang sepuluh tingkat model Gurvitch. Berikut ini gambar yang melukiskan tingkat utama analisis sosial Ritzer.
Menurut Ritzer, seluruh fenomena sosial mikro dan makro adalah juga fenomena objektif atau subjektif. Dengan demikian konsekuensinya adalah terdapat empat tingkat utama analisis sosial dan sosiolog harus memusatkan perhatian pada hubungan dialektika dari keempat tingkat analisis ini.Baru-baru ini Ritzer menggunakan pendekatan integrasi mikro-makro dalam karyanya yang berjudul Expressing Amerika: A Critique of the Global Credit Card Society. Khususnya Ritzer menggunakan gagasan C. Wright Mills tentang hubungan antara persoalan personal tingkat mikro dan personal publik tingkat makro untuk menganalisis persoalan yang ditimbulkan oleh kartu kredit. Kesukaran personal adalah masalah yang memengaruhi seorang individu dan orang lain di sekitarnya. Pada tingkat makro, kumpulan utang konsumen telah menjadi masalah publik, karena besarnya dan pertumbuhan jumlah orang adalah meningkatkan utang kepada perusahaan yang mengeluarkan kartu kredit. Akibat samping utang konsumen yang bertambah besar ini adalah peningkatan angka kejahatan dan kebangkrutan perusahaan. Akibat samping lainnya di tingkat makro dan masalah publik adalah peran yang dimainkan pemerintah dalam mendorong memperbesar utang konsumen melalui kecenderungannya sendiri untuk menumpuk utang. Lebih penting lagi adalah peran yang dimainkan perusahaan kartu kredit dalam mendorong orang untuk berutang dengan melakukan apa saja yang dapat mereka lakukan agar orang mengambil kartu kredit sebanyak-banyaknya.
Logika baru ini memengaruhi �pemikiran sosiologi di setiap tingkat kontinum intelektual�. Dengan semangat ini, Alexander menawarkan apa yang istilahkan sebagai sosiologi multidimensional. Alexander menunjukkan bahwa kontinum mikro-makro (tingkat analisis individual atau kolektif) meliputi cara keteraturan diciptakan dalam masyarakat. Di titik ujung makro dari kontinum, keteraturan tercipta dari luar dan berciri kolektif; artinya keteraturan diciptakan oleh fenomena kolektif. Di ujung mikro dari kontinum keteraturan berasal dari kekuatan internal dan bersifat individulistik; yakni, keteraturan berasal dari negosiasi individual.Ke dalam masalah keteraturan ini ditambahkan problem tindakan menurut pendirian Parsonsian klasik. Tindakan meliputi kontinum materialis-idealis yang sejajar dengan kontinum objektif-subjektif yang digunakan dalam integrasi paradigma sosiologi Ritzer. Di ujung material, tindakan dilukiskan sebagai instrumen rasional dan kondisional. Di ujung nonmaterial (idealis), tindakan adalah normatif nonrasional dan perasaan kasih sayang.
Bila kita meyilangkan kontinum ketertiban dan tindakan Alexander kita menemui empat tingkatan analisis yang digunakan Ritzer. Meskipun Alexander menggunakan empat tingkat analisis yang sangat serupa dengan empt tingkat analisis yang digunakan Ritzer, terdapat perbedaan penting antara kedua model itu. Alexander memberikan prioritas pada teori-teori kolektif normatif dan memusatkan perhatian pada norma dalam kehidupan sosial. Ritzer menolak untuk memberikan prioritas pada salah satu tingkat dan menegaskan perlunya meneliti hubungan dialektika di kalangan dan antara seluruh keempat tingkat. Alexander bermaksud memberikan arti yang sangat penting pada fenomena makro (subjektif) dan akibatnya sumbangannya terhadap upaya mengembangkan sebuah teori yang mengintegrasikan fenomena mikro-makro sangat terbatas. Dapat dinyatakan bahwa Alexander termasuk teoritisi yang keliru itu karena ia secara keliru membuat generalisasi dari tingkat normatif-kolektif ke tingkat kehidupan sosial lainnya.
Model dari Mikro ke Makro Coleman memusatkan perhatian pada masalah hubungan dari mikro ke makro dan mengurangi arti penting masalah hubungan dari makro ke mikro. Model Coleman menjelaskan baik itu masalah dari makro ke mikro maupun masalah mikro ke makro, juga menjelaskan hubungan dari mikro ke makro. Meski menjanjikan, model ini dihadapkan dengan hubungan sebab akibat, pada aliran panah yang hanya ke satu arah. Model yang lebih memadai seharusnya model hubungan dialektika, seluruh panah menunjuk kedua arah sehingga memberikan umpan balik diantara semua tingkat analisis.

E.     Teori Pilihan Rasional
Dasar untuk semua bentuk teori pilihan rasional adalah asumsi bahwa fenomena sosial yang kompleks dapat dijelaskan dalam kerangka dasar tindakan individu di mana mereka tersusun. Sudut pandang ini, yang disebut metodologi individualisme, menyatakan bahwa:[4]
 'Unit elementer kehidupan sosial adalah tindakan individu. Untuk menjelaskan lembaga sosial dan perubahan sosial adalah untuk menunjukkan bagaimana mereka timbul sebagai akibat dari aksi dan interaksi individu '

Teori-teori ekonomi telah prihatin dengan cara-cara produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa adalah uang yang diselenggarakan melalui mekanisme pasar, teori pilihan rasional berpendapat bahwa prinsip-prinsip umum yang sama dapat digunakan untuk memahami interaksi di mana sumber daya seperti waktu, informasi, persetujuan, dan prestise yang terlibat.
. Dalam teori pilihan rasional, individu didorong oleh keinginan atau tujuan yang mengungkapkan 'preferensi'. Mereka bertindak dengan spesifik, mengingat kendala dan atas dasar informasi yang mereka miliki tentang kondisi di mana mereka bertindak. Paling sederhana, hubungan antara preferensi dan kendala dapat dilihat dalam istilah-istilah teknis yang murni dari hubungan dari sebuah sarana untuk mencapai tujuan. Karena tidak mungkin bagi individu untuk mencapai semua dari berbagai hal-hal yang mereka inginkan, mereka juga harus membuat pilihan dalam kaitannya dengan tujuan mereka berdua dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Teori pilihan rasional berpendapat bahwa individu harus mengantisipasi hasil alternatif tindakan dan menghitung bahwa yang terbaik untuk mereka. Rasional individu memilih alternatif yang akan memberi mereka kepuasan terbesar[5].
Individualisme metodologis teori pilihan rasional membuat mereka mulai keluar dari tindakan-tindakan individu dan untuk melihat semua fenomena sosial lainnya untuk direduksi tindakan individu tersebut. Namun bagi Homans,  itu juga perlu untuk melihat tindakan individu sebagai reduksi sebagai tanggapan psikologis. Posisi ini dibenarkan dengan alasan bahwa prinsip-prinsip pilihan rasional dan pertukaran sosial hanyalah ekspresi dari prinsip-prinsip dasar perilaku psikologi. Sementara banyak ahli teori pilihan rasional lainnya telah menolak klaim ini  dan Homans sendiri datang menganggap kurang penting.
Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktor pun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.
Teori pilihan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan, tetapi selain Coleman menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi dimana memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. [6]
Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berprilaku rasioanl, namun ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh terhadap teorinya. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional individu dilanjutkannya dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan mikro-makro atau bagaimana cara gabungan tindakan individu menimbulkan prilaku sistem sosial. Meski seimbang, namun setidaknya ada tiga kelemahan pendekatan Colemans. Pertama ia memberikan prioritas perhatian yang berlebihan terhadap masalah hubungan mikro dan makro dan dengan demikian memberikan sedikit perhatian terhadap hubungan lain. Kedua ia mengabaikan masalah hubungan makro-makro. Ketiga hubungan sebab akibatnya hanya menunjuk pada satu arah, dengan kata lain ia mengabaikan hubungan dealiktika dikalangan dan di antara fenomena mikro dan makro.[7]



[1] Memahami Modal Manusia dan Modal Sosial, h. 34
[2] Eko, Sutoro, Modal Sosial, Desentralisasi dan Demokrasi Lokal, Draft  makalah disajikan dalam Seminar Internasional IV “Dinamika Politik  Lokal di Indonesia: Demokrasi dan Partisipasi”, yang digelar oleh Yayasan Percik dan The Ford Foundation, Salatiga, 15-18 Juli 2003. http://scribd.com, diakses pada tanggal 20 Desember 2009
[3] Coleman, James. S, Dasar-Dasar Teori Sosial, Bandung: Nusa Media, 2008,h. 9
[4] Scott, John, Memahami Masyarakat Kotemporer,  karya asli dari (From Understanding Contemporary Society: Theories of The Present), www.private.essex.ac.uk/scootj, diakses pada tanggal 20 Desember 2009
[5] Ibid.,
[6] George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi; dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Teori Sosial Postmodern, Yogyakarta; Kreasi Wacana, 2009, h.477
[7] George Ritzer………………..,h. 395-396

Tidak ada komentar:

Posting Komentar