Selasa, 18 Januari 2011

AGAMA SEBAGAI FAKTOR KONFLIK DI MASYARAKAT. ( Analisis fenomena komunikasi menggunakan perspektif Filsafat Komunikasi)

Dalam wacana teori konflik beranggapan bahwa masyarakat adalah suatu keadaan konfik yang berkesinambungan diantara kelompok dan kelas serta berkecendurangan kearah perselisihan, ketegangan dan perubahan. Tampaknya masyarakat menjadi lahan yang tumbuh sumbernya konflik – bibit bisa bermacam-macam faktor misalnya dari sisi ekonomi, politik, sosial bahkan agama. Oleh karena itu pada sisi ini agama bisa saja menjadi salah satu faktor timbulnya konflik yang ada dimasyarakat.
Agama dan Indikasi Konflik.
Pada dasrnya apabila kita merujuk pada al-Qur’an banyak indikasi yang menjelaskan adanya faktor konflik yang ada dimasyarakat, al-Qur’an menyebutkan bahwa faktor konflik itu sesungguhnya berawal dari manusia.
Pada sisi ini agama memiliki potensi yang dapat melahirkan berbagai bentuk konflik, paling tidak konflik seperti ini adalah konflik intra agama atau konflik antar madzhab yang diakibatkan oleh berbeda pemahaman terhadap ajaran agama. Dalam kaitan ini kiranya perlu dipertimbangkan pandangan Nur Kholis Majid yang menyarankan agar agama tidak disejajarkan dengan suku dan ras. Betapapun semangat yang ada pada akronim sarah itu mungkin bisa dibenarkan tetapi dari sudut kepentingan yang lebih besar dan berjangka panjang sebenarnya sangat merugikan terutama dibidang pembangunan agama. Dampak negatif agama berupa daya pemecah belah , konflik, dapat dieliminir dan sebaliknya dampak positif agama berupa daya pemersatu dapat dibangun dan dikembangkan.
Peristiwa konflik yang terjadi dalam lingkup agama akhir-akhir ini seiring kita ketahui melalui media-media massa. Beberapa media massa memuat berita-berita tentang bagaimana konflik tersebut bisa membingungkan para pemeluk agama tersebut. Jika dilihat dari sebab terjadinya suatu konflik, maka bisa jadi konflik yang terjadi itu berawal dari perbedaan sudut pandang pengertian pada para pemimpin-pemimpin agama.
Dari sini kita akan mulai menganalisa timbulnya konflik intern dalam agama Islam pada saat penetapan hari-hari penting misalnya hari raya. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa didalam agama Islam banyak mempunyai faham dan madzhab sendiri-sendiri. Pada tiap faham tersebut tentu mempunyai pemimpin agama dan mempunyai massa yang berupa masyarakat dengan jumlah tak terhingga. Para pemimpin agama yang berkedudukan sebagai komunikator pada masing-masing faham akan menginformasikan kepada masing-masing massanya berkaitan dengan penetapan hari raya tersebut melalui media massa. Mulai dari sinilah konflik muncul, menurut pandangan satu faham hari raya jatuh pada hari atau tanggal sekian, sedangkan menurut Faham lain bahwa hari raya jatuh pada hari/tanggal sekian. Dari perbedaan sudut pandang dan alasan-alasan yang dikemukakan, maka masyarakat akan mengikuti intruksi masing-masing pemimpinya. Dari gambaran situasi yang seperti itu, masyarakat yang bertindak sebagai komunikan akan berusaha mengikuti intruksi dari masing-masing pemimpinnya.
Memang sebuah ideologi dalam agama akan mempengaruhi situasi sosial dimasyarakat yang berkaitan dengan perubahan-perubahan waktu dalam pelaksanaan ritual-ritual yang sakral. Dibawah ini ada beberapa langkah penting dan strategi untuk memupuk jiwa toleransi beragama dan membudayakan hidup rukun antar umat beragama, langkah-langkah berikut paling tidak, akan meminimalkan meskipun tidak bisa menghilangkan konflik agama. Kiat itu sebagai berikut:
1. menonjolkan segi-segi persamaan dalam agama dan tidak memperdebatkan segi perbedaan dalam faham tang dianut.
2. melakukan kegiatan sosial yang melibatkan para pemeluk faham yang berbeda.
3. menghindari jauh-jauh sikap egoisme dalam beragama sehingga mengklaim diri yang paling benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar